PALANGKA RAYA – Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah mengusulkan penetapan 24 Juli sebagai Hari Dayak Nasional. Usulan tersebut disampaikan dalam rangkaian Seminar Internasional Worldwide Day of the World’s Indigenous Individuals 2025 Pumpung Hai Borneo (The Nice Borneo’s Meeting) yang digelar di Palangka Raya, 21–23 Agustus 2025.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kalteng, Aryawan, menegaskan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap discussion board ini. Menurutnya, seminar menjadi momentum penting memperkuat jejaring masyarakat adat Dayak di tingkat Borneo maupun internasional.
“Kegiatan ini diharapkan tidak hanya mempererat persatuan masyarakat adat, tetapi juga menegaskan peran Kalimantan Tengah sebagai pusat peradaban Dayak,” ujar Aryawan dalam konferensi pers, Rabu (20/8/2025).
Seminar internasional ini akan berlangsung di dua lokasi. Pada 21 Agustus, pembukaan dan Mimbar Demokrasi digelar di Rumah Adat Betang Hapakat, sebagai ruang terbuka bagi masyarakat Dayak menyampaikan orasi.
Sementara pada 22–23 Agustus, kegiatan berpusat di Kalawa Conference Corridor, menghadirkan Menteri Kehutanan sebagai narasumber utama. Lima gubernur se-Kalimantan juga dijadwalkan memberikan pandangan dalam menyelaraskan kebijakan pembangunan di Pulau Kalimantan.
Ketua Scering Komite, Aswin Usup, menegaskan bahwa usulan penetapan 24 Juli sebagai Hari Dayak Nasional berangkat dari momentum bersejarah Kebangkitan Dayak di Tumbang Anoi.
“Harapannya, Kalteng bisa menjadi pusat peradaban Suku Dayak di tingkat internasional,” ucapnya.
Dukungan juga disampaikan Gubernur Kalteng, Agustiar Sabran, melalui Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Herson B. Aden. “Pak Gubernur menegaskan, hasil seminar ini akan dibawa langsung ke Presiden,” katanya.
Ketua Harian DAD Kalteng, Elia Embang, menambahkan isu hutan adat akan menjadi salah satu fokus utama pembahasan. (ifa/cen)
Dilihat 1